Lama juga ngga apdet tulisan baru. Kali ini saya akan berbagi pengalaman kepada para pembaca semua mengenai proses pendaftaran saya sebagai volunteer Asian Games 2018, hingga benar-benar telah resmi menjadi volunteer.
![]() |
sumber: ensiklopediabebas.com |
Dengan mengucapkan Bismillahirohmanirohim, maka saya akan mulai berkisah.
NOMER BIKIN PUSING
Sekitar bulan Oktober 2017, saya mulai mengetahui akan ada proses pengrekrutan volunteer. Proses tersebut dilakukan via website resmi Asian Games. Saya sudah membulatkan tekad saya untuk daftar. Nah, saat bulan november, website pendaftaran volunteer resmi dibuka. Setelah mengetahui kabar tentang pendaftaran volunteer, saya sangat antusias. Di hari minggu, saya pergi ke warnet (warung internet) untuk mendaftarkan diri.
Di portal web tersebut, saya diwajibkan mencantumkan nomer SKCK, nomer Kartu Kelurga dan nomer-nomer yang belum saya persiapkan sebelumnya.
Frustasi, akhirnya saya pulang ke rumah dengan bermaksud untuk mencatat nomer-nomer tadi. Karena undah males duluan pas harus pulang lagi, akhirnya saya membatalkan untuk mendaftar. Sayapun dengan berat hati meninggalkan pendaftaran volunteer Asian Games 2018.
KESEMPATAN KEDUA
Tiga bulan pasca pendaftaran volunteer di bulan november 2017, tiba-tiba saya melihat pengumuman, jika pendaftaran volunteer Asian Games dibuka kembali. Tepat pada bulan februari hingga maret 2018. Tanpa basa basi, saya langsung mendaftarkan diri. Dalam portal web volunteer saya dihadapkan pada pilihan. Yakni, di departemen apa saya ingin ditempatkan. Pilihannya ada banyak, seperti departemen kedatangan, venue, ceremony, medali, tiketing, katering, doping, athlete village, broadcasting dan masih banyak lagi. Sayapun sedikit bingung, sebenarnya saya ingin memilih departemen sport atau venue, karena otomatis akan ditempatkan di lokasi pertandingan.
Sebagai pecinta bulutangkis, saya ngga bisa berharap bahwa saya ditempatkan di Istora Senayan dan melihat atlet-atlet bulutangkis yang ganteng-ganteng itu bertanding, jadi daripada saya ngga melihat atlet kesayangan saya tanding, karena saya ditempatkan di cabang olahraga lain, maka saya memilih athlete village. Kenapa? Ya itu, jika saya tidak ada kesempatan menonton mereka saat tanding, setidaknya saya bisa bertemu atlet-atlet bulutangkis itu di wisma atlet. Selain bisa melihat pemandangan bagus setiap hari, pastinya saya punya kesempatan mengobrol dengan mereka. Seperti mengucapkan selamat pagi.
Sebagai pecinta bulutangkis, saya ngga bisa berharap bahwa saya ditempatkan di Istora Senayan dan melihat atlet-atlet bulutangkis yang ganteng-ganteng itu bertanding, jadi daripada saya ngga melihat atlet kesayangan saya tanding, karena saya ditempatkan di cabang olahraga lain, maka saya memilih athlete village. Kenapa? Ya itu, jika saya tidak ada kesempatan menonton mereka saat tanding, setidaknya saya bisa bertemu atlet-atlet bulutangkis itu di wisma atlet. Selain bisa melihat pemandangan bagus setiap hari, pastinya saya punya kesempatan mengobrol dengan mereka. Seperti mengucapkan selamat pagi.
Setelah proses mendaftar selesai, saya langsung melupakan segalanya. saya ngga mau mengingat-ingat kembali apa yang telah saya isi di form pendaftaran tersebut.
SMS DATANG
Saat saya sendang bengong, memikirkan kucing-kucing, tiba-tiba saya mendapat SMS. Pesan tersebut berisi tentang undangan psikotes dan wawancara untuk menjadi volunteer Asian Games. Waduh! Saya ngga mengira kalau ada psikotes segala. Duh duh duh. Akhirnya, saya mengabaikan SMS tersebut. Tiga hari kemudian, saya mendapat sms itu lagi. Disusul dengan email dari INASGOC (Indonesia Asian Games Organizing Committee) yang isinya ajakan untuk psikotes dan wawancara. Lagi lagi, saya mengabaikan SMS tersebut. Saya mulai memikirkan untuk tidak ikut volunteer Asian Games. Alasannya sepele. Karena saya tidak punya baju putih, celana bahan hitam untuk psikotes dan wawancara. Saya galau sendirian, bingung, ini masalah yang saya ciptakan sendiri, dan harus saya tanggung sendiri. Setelah sms kedua tersebut saya abaikan, saya merasa menyesal. Banget. Saya benar-benar melewatkan kesempatan yang diberikan ke saya untuk ikut menjadi volunteer di acara olahraga terbesar di Asia. Karena, dunia olahraga adalah passion saya.
KESEMPATAN TERAKHIR
Di sela-sela menonton tv, saya melihat ada iklan Asian Games. Di situ saya sangat sedih dan benar-benar menyesal. Dan berharap saya masih diberi kesempatan untuk mendapatkan SMS itu kembali. Sambil berdoa dalam hati saya benar-benar memohon pada Yang Maha Kuasa.
Pagi itu hape saya berbunyi. Tepat di hari jumat siang. Saat saya buka, ternyata ada sms masuk. SMS yang mengubah segalanya. Itu adalah SMS undangan kembali untuk ikut psikotes dan wawancara. Tanpa berpikir Ba Bi Bu lagi, saya hubungin teman saya, Rahmadhani (@sichitam) untuk meminjam baju putih dan hitam. Rumah dia terletak di Lenteng Agung, saya akan menjalankan tes daerah Gondangdia, karena rumah saya di Depok, otomatis saya naik kereta dan turun di Lenteng Agung. Oke, intinya saya dapat baju pinjaman.
Saat saya menghadiri tes itu hari minggu, jadi kedua orang tua saya bingung, kok tumben ini anaknya yang jomblo hari minggu pagi-pagi udah pergi. FYI, saya masih merahasiakan kalo saya daftar jadi volunteer Asian Games, soalnya masih harus tes dulu kan, nanti kalo pas dites saya ngga lolos, duh, saya malu. jadi lebih baik tunggu saya keterima dulu jadi volunteer barulah saya bilang kedua orang tua saya.
Sampai di tempat lokasi tes, terlihat ada banyak peserta juga. Ngga terlalu banyak, mungkin hanya 100 orang atau lebih, ngga tau lah, pokoknya ngga nyampe ribuan. Saat sedang menunggu masuk, saya berkenalan dengan beberapa peserta lain, sehingga saya mendapatkan informasi, bahwa hari itu adalah tes untuk gelombang terakhir. Jadi, jika saya mengabaikan SMS ketiga, maka musnah sudah harapan saya untuk jadi volunteer Asian Games, karena SMS itu adalah SMS terakhir. Alhamdulillah Yaa Robb.
Soal soal psikotes yang diberikan itu, sama dengan soal psikotes untuk melamar pekerjaan. Ada tes gambar dan tes kepribadian. Setelah mual mengerjakan soal psikotes, selanjutnya peserta dibagi kedalam beberapa grup untuk berdiskusi dan memecahkan masalah. Sebelum masuk ke dalam tugas diskusi, sebelumnya saya diwawancara terlebih dahulu. Boleh dijawab menggunakan bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris. Kalian boleh percaya atau ngga, saya menawab pertanyaan yang diberikan dengan menggunakan bahasa inggis. Bukan apa-apa, saya hanya ingin menutupi hasil psikotes saya nanti. Kalo hasi psikotes menyatakan saya rada gila dan kurang waras, ya setidaknya saya bisa cuap cuap bahasa Inggris.
Oke oke, hasil tes hari itu tidak diumumkan hari itu juga, melainkan esok harinya. Sebelum membubarkan diri panitia INASGOC yang menilai hasil tes kami, berpesan: "goodluck, semoga kalian semua diterima..."
EMAIL DAN TOILET
Pagi itu di hari senin, saya sedang buang air besar di toilet kantor sambil membawa hp, saat lagi asik-asik stalking akun lambe turah, saya mendapatkan email. Email tersebut berisi tentang undangan training pertama. Wow! Hati saya senang, itu artinya saya lolos jadi volunteer Asian Games 2018. Dan itu juga berarti hasil psikotes tidak menganggap saya gila. Huehehehe.
Traning volunteer Asian Games dibagi menjadi tiga babak. Babak pertama adalah tentang nilai-nilai olahraga, kedua training tentang kebudayaan, pariwisata, skill komunikasi, dan etiket. Kemudian training babak ketiga adalah tentang job spesifik. Nah, yang paling saya suka adalah training ketiga. Kenapa? Karena saya bisa ke wisma atlet. Ye ye ye. kalo kalian mau liat wisma atlet Kemayoran kaya gimana, bisa liat di instagram saya.
Okidiw, sampe sini dulu ya tulisan saya. Nanti kalo ada yang seru-seru mengenai kisah saya sebagai volunteer asian games 2018, akan saya tuangkan di sini.
Salam olahraga!
sabrinahutajulu
Comments
Post a Comment