[Review Film] Si Doel The Movie: Begini Doang Nih?!

"kafir atau si doel?"

Itu yang menjadi pertanyaan saya berulang kali saat sedang mengantre tiket untuk menonton di salah satu bioskop di kawasan Depok. sebentulnya niat awal dari rumah adalah menonton film Si Doel. Alasannya? Untuk nostalgia. Saya adalah tipikal yang susah sekali diajak untuk menonton film Indonesia, terlebih gendre drama. Namun, melihat trailer Si Doel di youtube, saya mempunyai tekad untuk menontonnya di bioskop. Karena, menonton di bioskop adalah salah satu bentuk apresiasi saya terhadap insan perfilman.

foto keluarga si Doel tahun 1994. sumber: kompas

Namun setelah sampai di bisokop, saya kembali bingung, film kafir juga menjadi salah satu film yang saya idamkan untuk ditonton di bioskop. Kenapa? Nanti saja saya bahas di postingan berikutnya.

"Mau nonton film apa, mba?"
"Si Doel aja deh"

Adegan diawali dengan suara-suara para pemain Si Doel yang telah wafat. Seperti Babe Sabeni (Benyamin), Mas Karyo (Basuki), Engkong (H. Tile), suara-suara tersebut membuat saya merinding, terutama saat Babe mengucapkan kalimat manjur kepada Si Dul, yakni:

"Eh dul, mangkenye gue sekolain elu supaya pinter, jangan bodoh kaya gue, jangan cuma jadi super oplet aje lu, jadi dong gubernur gitu!"

Kemudian adegan dibuka dengan gambar rumah Si Dul yang masih begitu-begitu aja.

Cerita dimulai saat Dul (Rano Karno) dan Mandra (Mandra) ingin pergi ke Belanda atas undangan dari teman kampus Dul yang bernama Hans (Adam Jagwani). Tak lupa Dul pamit ke Mak Nyak Lela (Aminah Cendrakasih) yang kini telah terbaring lemah di kasur akibat terkena glukoma. Adegan yang saya kritik di bagian ini adalah, Dul tampak tidak sedih saat akan meninggakan Mak Nyak ke Belanda. Dul pun tak mencium pipi Mak Nyak saat akan berpamitan.

Setelah berpamitan dengan Mak Nyak, Zaenab (Maudy Koesnaedi) yang kini telah menjadi istri sirih Dul membawakan koper Dul ke depan. Yha yha yha, kesel ya, masa si Dul tega biarin istrinya angkatin kopernya yang berat itu ke depan rumah. Sikap Dul yang seperti ini jangan sampe ada di diri suami gua kelak deh.

Saat sedang siap-siap untuk berangkat, Dul heboh mencari keberadaan Mandra, eh ngga taunya Mandra sudah berada di dalam mobil hasil pesan online. Seperti biasa, Mandra yang selalu bebuyutan dengan Atun (Suti Karno), mengolok-ngolok Atun karena dia tidak diajak ke Belanda. Selama perjalanan menuju bandara pun Mandra heboh mengirim foto ke atun melalui aplikasi pesan instan, whatsapp.

Kelucuan yang diciptakan Mandra juga ngga berenti di dalam perjalanan menuju bandara, di dalam pesawat, Mandra kembali menggoda pramugari dengan memanggilnya "Neng" dan minta dipasangkan sabuk pengaman hingga dua kali. Tak sampai di situ, Mandra juga meminta si Dul untuk mengecilkan AC di pesawat dan khawatir bahwa dirinya akan berubah menjadi es mambo saat tiba di Belanda, dan Dul, seperti biasa, menunjukkan sisi relijiusnya dengan sholat di dalam perjalanan menuju Belanda.

Sampai di Belanda, Madra ngomel-ngomel karena harus menunggu di luar bandara. Mandra yang heboh karena kedinginan mengeluarkan peci dan membungkus badannya menggunakan sarung yang sudah disiapkannya dari rumah.

Adegan adegan lucu berikutnya kembali disajikan (lagi lagi dari Mandra) Saat Mandra menyebut rumah Hans seperti rumah lapis, dan kecewa dengan Dul yang menjadikannya kuli panggul saat tiba di rumah Hans yang berada di lantai dua. Juga kata-kata primitif kembali diulang di film ini. Hingga kemudian muncul adegan saat Dul bertemu dengan Sarah (Cornelia Agatha). Adegan ini kurang greget menurut saya. Mereka sudah disetting oleh Hans (sepupu Sarah) untuk bertemu di Troppen Museum. Saat momen Dul menatap Sarah pun tidak ada klimaks dan membuat merinding ataupun terharu. Adegan berlangsung datar dan biasa saja. Padahal mereka dikisahkan tidak bertemu selama 14 tahun. Dul ini hatinya terbuat dari apa coba?

Kemudian Dul duduk berdua dengan Sarah di sebuat cafe, dan di situlah nostalgia sekaligus masalah utama dimulai. Sarah menceritakan bahwa anak hasil pernikahannya dengan Dul telah berumur 15 tahun, dan nama anak tersebut juga sama seperti Dul, yaitu Abdullah, dipanggil Dul. Lagi lagi, Dul hanya bisa diam, datar dan selalu meminta maaf. Entah apa salahnya.

Sarahpun ingin mengajak Dul untuk bertemu Dul, karena Dul selalu bertanya mengenai keberadaan bapaknya, Dul. Bingung?

Adegan paling lucu menurut saya dari keseluruhan film ini adalah, saat anaknya si Dul menatap Mandra dengan tatapan jijik. Kemudian Mandra bertanya pada Sarah tentang tatapan itu, dan Sarah menjawab, bahwa anak Dul salah mengira, dia berpikir, Mandra adalah bapaknya. Ini sih adegan memorable sejauh ini.

Drama-drama kecil muncul saat anak Dul bersikap dingin kepada Dul. Lagi, lagi lagi dan lagi, Dul cuma bisa diam. Saat ingin pulang ke Jakarta dan sudah sampai di bandara, tiba-tiba anaknya datang sambil berubah pikiran, dan meminta maaf atas sikapnya kepada ayahnya, yha yha, adegan ini (katanya) menguras air mata penonton, tapi yang saya bingung, kenapa iba-tiba anaknya berubah pikiran, tidak dijelaskan. Sarah mendekati Dul dan berbisik untuk minta diceraikan. Dan apa yang terjadi? Layar bioskop berubah menjadi "Terimakasih Telah Menyaksikan Film Ini", what? Udahan?

Ya seperti itulah keseluruhan film Si Doel The Movie, entah apa jadinya film ini tanpa kehadiran sosok Mandra yang seperti Tirto bahas, bahwa Mandra adalah penyelamat film ini. For Readers Information, bahwa film ini bersambung, jadi belum ada jawaban atas pertanyaan kalian semua, seperti apakah Dul dan Sarah akan kembali? Bagaimana nasib Zaenab? Apakah Mandra akan menikah? Dan kamu masuk ke team mana? team Zaenab atau team Sarah? atau team Mandra? Kalo saya sih, team anaknya si Doel aja.

Tambahan: kalo mau mencari suami, jangan seperti Dul. Rajin sembahyang dan mengajinya sih boleh lah. Tapi, Dul adalah laki-laki yang ngga punya sikap yang pernah saya lihat. Pfftt. Bikin Kesel.

Comments