Kali Sentiong Hitam Dan Bau, Salah Siapa?

Jelang Asian Games, pemerintah Indonesia mengenjot semua pembangunan sarana dan prasarana pendukung. Mulai dari venue olahraga, tata kota, hingga menerapkan sistem ganjil genap untuk mengurangi kemacetan. Nah, baru-baru ini kita disuguhi berita tentang penutupan kali sentiong yang hitam dan bau di kawasan wisma atlet Kemayoran. Pemprov DKI anies baswedan mempunyai langkah mutakhir untuk memperbaiki kali hitam yang berbau tidak sedap itu. Langkah kongret yang terlihat jelas adalah menutup kali dengan kain jaring hitam. Tujuannya untuk menguragi bau dan membuat pemandangan lebih sedap dipandang para atlet-atlet yang menginap di wisma. Langkah yang dilakukan pemrov tersebut ternyata dapat sambutan yang kurang positif dari masyarakat. Terutama di sosial media. Para netizen habis-habisan mengkritik tindakan yang dianggap aneh dan lucu itu, dan kemudian membanding-bandingankannya dengan kinerja ahok pada zamannya.

Pada tulisan kali ini, saya akan memberikan opini melalui sudut pandang saya sebagai warga biasa yang gampang nafsu kalau lihat kucing. Dengan mengucapkan Bismillahirohmanirohim, mari kita mulai.

Surabaya resmi ditunjuk menjadi tuan rumah Asian Games ke 18 setelah Hanoi resmi mengundurkan diri pada bulan April 2014 lalu. Setelah mengetahui bahwa salah satu kota di Indonesia menjadi tuan rumah, pemerintah indonesia merenovasi habis-habisan sarana dan prasarana pendukung guna mensukseskan asian games di sekitaran komplek Gelora Bung Karno, Senayan Jakarta dan juga venue lain di luar GBK. Jakarta dan Palembang akhirnya didapuk menjadi tuan rumah setelah dinilai sudah memiliki fasilitas yang mendukung, dan hanya tinggal direnovasi saja. Dana kucuran 3 triliun menjadi modal untuk memperbaiki venue dan membangun wisma atlet di Kemayoran Jakarta.

Kita akan mengerucut ke kawasan wisma atlet yang beberapa bulan terakhir menjadi perhatian. Sejak dibangun tahun 2016 lalu, kawasan wisma atlet Kemayoran memang sudah dikelilingi kali hitam Sentiong yang bau dan menganggu warga sekitar. Bahkan, kali sentiong yang serakang, masih agak mendingan dibanding kali Sentiong terdahulu. Kalo kalian liat wajah kali Sentiong itu benar-benar seperti bantar gebang mengapung. Di era Jokowi-Ahok, sampah di kali tersebut dikeruk dan pemukiman kumuh di pinggiran kali dirobohkan guna merevitalisasi kali.


Kali Sentiong dulu. Sumber: Kompas

Kali Setiong sekarang. Sumber: Kompas
Saya bukan warga Sentiong, saya juga ngga tau sejarah kali Sentiong sampe bau dan hitam begitu. Tapi menurut ilmu yang saya timba di dunia sekolah dasar, dan saya yakin semua pembaca setuju, bahwa penyebab klasik kali itu jadi hitam dan bau ya karena warga hobi membuang sampah ke kali. Ya bisa dilihatlah pada gambar di atas. Sisa-sisa makanan dibuang ke kali. Mandi di kali. Buang air dari yang berupa cairan hingga berbentuk padat dilakukan di kali Sentiong. Semua dilimpahkan ke kali Sentiong. Terus  pas udah bau dan hitam, warga dan masyarakat Indonesia ramai-ramai menyalahkan pemerintah. Padahal yang tinggal di situ siapa, yang buang sampah di situ siapa, yang jomblo siapa. Hmmm hhmmm hmmm ala Nissa Sabyan

Saya juga membaca beberapa artikel, bahwa jelang Asian Games, kali hitam Sentiong tersebut buru-buru dibuat jernih dan wangi , tapi tentu tidak memakan waktu sebulan atau dua bulan, karena kisah kali hitam Sentiong yang ingin disulap jernih itu bukan seperti kisah Roro Jongrang yang meminta seribu candi hanya dalam waktu satu malam. Banyak cara (katanya) yang sudah dilakukan pemprov, namun tidak membuahkan hasil, kali Sentiong tersebut tidak juga berubah warna dan wangi. Hampir sama juga dengan perhatian yang kuberikan padamu, tapi kamu tak kunjung peka juga. Tepat 30 hari deadline Asian Games, akhirnya pemrov menemukan solusinya, solusinya adalah tutup saja kalinya dengan kain. Bau hilang, kali pun ikut hilang. Beres. Hmmm hhmmm hmmm ala Nissa Sabyan.

Saya mengapresiasi langkah tutup kali hitam tersebut, karena memang pemandangan kali Sentiong itu sungguh merusak, dan ini juga udah mendesak coooyyy. Apa kata para atlet tersebut saat mereka membuka mata pas bangun tidur dan menghadap jendela, tiba-tiba disuguhi kali hitam. Atau yang lebih parah lagi, bagaimana jika bau kali tersebut menjadi alarm alami untuk mereka. Saking baunya, jadi suka terbangun tiba-tiba. :(

Jelas ya, semua ini salah yang suka buang sampah ke kali Sentiong, bukan salah pak Anies, pak Ahok, pak Jokowi apalagi salah Bapak saya. Bukan. Tapi kalo menurut saya, kali Sentiong ini bisa direvitalisasi 2-3 tahun lalu, jadi masih punya waktu yang panjang. Giliran H-1 bulan Asian Games aja baru ketar ketir. Bener ya kata para psikolog di luar sana, manusia akan jadi sangat kreatif saat keadaan udah mendesak. Bahkan terlalu kretif sampe bikin geleng-geleng kelapa, eh salah kepala. Kemarin-kemarin itu pada kemana aja sih, oh iya, kebanyakan demo sih ya daripada bersihin kali.

Tapi tapi tapi, jangan pas mau Asian Games aja kali hitam dan bau ini jadi perhatian seluruh warga Indonesia, jadi kalo ngga ada Asian Games, itu kali ngga dibagusin dong? Nih ada satu contoh.

Kali besar kota tua yang dulu juga hitam dan bau sekarang disulap seperti kali-kali yang ada Eropa dan Korea Selatan lho. Sejak mulai direvitalisasi tahun 2016 lalu, kini kali besar Kota tua jadi salah satu destinasi yang instagramable abis.

Kali Besar Kota Tua dulu. sumber: Kompas



Kali Besar Kota Tua sekarang. sumber: Kompas
 Jadi kira-kira, untuk membuat kali hitam dan bau menjadi jernih dan tidak bau, memakan waktu dua tahun. Bahkan bukan airnya saja yang menjadi tidak keruh, di sisi kali juga dibuat taman mengapung dan juga patung-patung. Luar Biasa. Terimakasih Pak Ahok.

sabrinahutajulu

Comments